Serangan udara yang diluncurkan Israel ke Suriah pada hari Minggu (14/8/2022) telah menewaskan tiga tentara dan melukai tiga lainnya. "Agresi itu menyebabkan kematian tiga tentara dan melukai tiga tentara lainnya," kata kantor berita resmi Suriah SANA, mengutip sumber militer. Sejak perang saudara pecah di Suriah pada tahun 2011, Israel telah melakukan ratusan serangan udara di dalam negeri, menargetkan posisi pemerintah serta pasukan sekutu yang didukung Iran dan pejuang Hizbullah.
“Serangan Israel terbaru menargetkan situs situs di daerah pedesaan, di sekitar ibu kota Damaskus dan selatan provinsi Tartus,” kata SANA, seraya menambahkan bahwa sistem pertahanan udara Suriah mencegat beberapa rudal. Dikutip dari Channel News Asia, Senin (15/8/2022) seorang pengamat perang di Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia juga memberikan data yang sama mengenai jumlah korban tewas dan luka luka akibat serangan Israel di dekat pangkalan pertahanan udara di provinsi Tartus. “Situs yang ditargetkan di Tartus terletak delapan kilometer dari pangkalan Rusia,” kata pengamat, yang memiliki jaringan sumber yang luas di Suriah.
Pada awal Juli, Kementerian Pertahanan Suriah mengatakan bahwa serangan Israel yang dilakukan dari Laut Mediterania dekat kota Al Hamadiyah, telah melukai dua warga sipil. Sementara itu, konflik di Suriah dimulai dengan penindasan brutal oleh kekuatan asing dan jihadis global. Perang telah menewaskan hampir setengah juta orang dan memaksa sekitar setengah dari populasi pra perang negara itu meninggalkan rumah mereka.
Di sisi lain, intervensi militer Rusia pada tahun 2015 telah membantu mengubah perang demi Presiden Suriah Bashar al Assad, yang pasukannya pernah menguasai seperlima negara. Bulan lalu, Observatorium mengatakan, serangan udara Rusia telah menewaskan tujuh orang, empat di antaranya anak anak, di wilayah Idlib yang dikuasai pemberontak Suriah, di utara negara itu.